Desa Budaya Dokan di Tanah Karo, Kampung dengan Suasana Awal Peradaban Orang Karo

Desa budaya Dokan merupakan desa wisata yang strategis. Terletak di antara kota Berastagi dan Danau Toba. Desa ini juga satu dari tiga desa yang mewakili sejarah dan peradaban budaya Karo.

Penasaran seperti apa keunikan dari Desa Dokan yang ada di Tanah Karo ini? Simak ulasannya.

Kampung Unik di Tanah Karo

Desa Dokan masih memiliki suasana yang asri dan sejuk. Masyarakat yang ada di desa ini, dikenal ramah dan menyenangkan. Lestarinya budaya Karo di desa ini ditandai dengan berdirinya Rumah Adat Siwaluh Jabu yang masih mempertahankan arsitektur aslinya dan sudah berusia ratusan tahun. Siwaluh Jabu berasal dari kata ‘Siwaluh’ yang artinya delapan dan ‘Jabu’ berarti keluarga. Apabila diartikan secara keseluruhan adalah delapan keluarga dan dihuni oleh delapan keluarga dalam satu rumah.

Disebut sebagai desa kuno karena hingga kini, pengunjung yang singgah masih bisa menjumpai rumah adat yang berusia ratusan tahun berdiri kokoh. Rumah tersebut bernama Siwaluh Jabu. Bahkan, rumah ini masih dihuni oleh warga yang siap menyapa pengunjung dengan salam “Menjuah-juah”.

Keunikan rumah adat ini adalah tidak ada sekat atau ruangan-ruangan seperti bangunan rumah pada umumnya. Semua anggota keluarga tidur di Jabu. Khusus untuk orang tua seperti ayah, ibu diberi penyekat berupa kain panjang.

Adapun Ture, seperti teras yang dilengkapi dengan ‘rekan’ atau tangga yang terbuat dari bambu. Pada zaman dulu, ture menjadi tempat bagi muda-mudi mengawali masa percintaan. Rumah adat inilah yang menjadi daya tarik para wisatawan untuk datang ke desa ini. Di samping itu, ada juga acara tahunan yang kerap diselenggarakan dan menambah daya tarik bagi wisatawan.

Rumah-rumah adat ini masih kokoh berdiri, di antara bangunan-bangunan rumah bernunansa modern di sekelilingnya. Bahkan masih dijadikan tempat tinggal. Diketahui asal nama Desa Dokan berasal dari kata ‘ndoh kam’ di mana pada zaman dahulu penduduk Dokan yang bermarga Ginting tinggal di Desa Ajinembah, tetapi terjadi perselisihan. Akhirnya, warga bermarga Ginting tersebut diusir dengan kata ‘ndoh kam, ndoh kam’ yang berarti pergi jauh. Warga bermarga Ginting kemudian mendirikan kampung sendiri dari kata ‘ndoh kam’ yang lama kelamaan kata tersebut banyak disebut menjadi Dokan seperti yang kita sering ucapkan saat ini.

Penghasil Alat Musik Tradisional Kulcapi

Masih ada warga Dokan yang memproduksi alat musik tradisional Kulcapi yang menjadi bagian dari upaya pelestarian alat musik tradisional. Kulcapi buatan warga ini bisa jadi salah satu buah tangan jika Anda datang berkunjung ke Desa Dokan. Pembuat Kulcapi tak memasarkannya ke toko-toko, sehingga Anda hanya menemukannya ketika bertandang ke desa Dokan ini.

Keasrian Desa Budaya Dokan

Desa Dokan memiliki udara yang sejuk dan dingin. Hal ini dikarenakan desa Dokan terletak pada dataran tinggi Karo sekitar 600 – 1.400 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Mata Pencaharian Masyarakat Desa Dokan

Masyarakat Desa Dokan pada umumnya adalah petani kopi, jeruk, dan sayur mayur lainnya. Perkebunan yang dikelola oleh masyarakat, juga dijadikan agrowisata yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan, khususnya perkebunan jeruk. Desa Dokan terletak di Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dengan akses yang cukup baik, desa ini dapat ditempuh dengan menggunakan bus ukuran besar dengan jarak ± 23 km dari Kota Berastagi.

Penulis: Tasya Enjelina Sinulingga
Editor: Imam Almuttaqin Habibullah, Septianda Perdana

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top