Sumut dan IHGMA Perkuat Sinergi Wujudkan Ekosistem Pariwisata Tangguh dan Berdaya Saing

Medan, 19 Juni 2025 – Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif menegaskan pentingnya peran Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) dalam mendukung pemulihan dan penguatan sektor perhotelan dan pariwisata di wilayah tersebut.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara, Dikky Anugerah, menyampaikan bahwa saat ini industri perhotelan di Sumatera Utara tengah menghadapi tantangan serius, terutama akibat menurunnya tingkat okupansi hotel. Salah satu penyebab utama adalah efisiensi anggaran belanja pemerintah pusat, termasuk pembatasan perjalanan dinas dan kegiatan rapat di hotel.

“Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya Presiden Republik Indonesia untuk mendorong efisiensi birokrasi dan realokasi anggaran ke sektor prioritas. Namun, dampaknya sangat terasa bagi sektor perhotelan dan industri MICE, khususnya hotel-hotel di daerah yang selama ini mengandalkan pasar dari kegiatan instansi pemerintah,” ujar Dikky ketika menghadiri Kongres Daerah IV & Pelantikan Pengurus IHGMA (Periode 2025 – 2028) di Hotel Santika Medan, Kamis (19/6/2025).

Meski demikian, Dikky menyebutkan bahwa arahan dari Kementerian Dalam Negeri memberikan angin segar. Pemerintah pusat tetap memperbolehkan pelaksanaan kegiatan pemerintahan yang membutuhkan fasilitas memadai di hotel, dengan prinsip efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas anggaran.

Dalam konteks ini, keberadaan IHGMA sebagai asosiasi para General Manager hotel dinilai strategis untuk memperkuat kapasitas SDM perhotelan, memperluas jejaring dengan pelaku wisata, serta merumuskan solusi adaptif menghadapi dinamika industri.

“Pemerintah Provinsi Sumatera Utara membuka diri untuk berdialog dan bekerja sama dengan IHGMA demi menciptakan ekosistem pariwisata yang tangguh dan berdaya saing tinggi,” tegasnya.

Selain itu, Pemerintah Provinsi Sumut juga menyoroti pentingnya sinergi lintas sektor. Dalam kesempatan ini, Dikky mendorong agar industri perhotelan lebih aktif menggunakan produk lokal, menyambut era digitalisasi layanan, dan berkontribusi mewujudkan destinasi yang ramah, bersih, serta berkualitas.

“Mari kita jadikan kongres IHGMA ini sebagai titik tolak untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor dan menjadikan Sumatera Utara sebagai destinasi unggulan di Indonesia,” ujarnya.

Di sisi lain, Pemerintah Provinsi Sumut baru-baru ini juga menggandeng UTMB (Ultra-Trail du Mont-Blanc) dalam menggelar kegiatan olahraga lari lintas alam internasional bertajuk Trail of The Kings Lake Toba. Kegiatan ini diyakini akan memberi dampak ekonomi signifikan bagi sektor perhotelan dan usaha wisata lainnya di kawasan Danau Toba.

“Kegiatan seperti ini perlu kita dukung bersama. Pemerintah daerah juga akan terus menyiapkan fasilitas, SDM, dan kebijakan pendukung agar momentum ini memberikan manfaat jangka panjang,” pungkas Dikky.

Sementara itu, Ketua Umum Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA), I Gede Arya Pering Arimbawa, menyampaikan bahwa industri perhotelan di Tanah Air saat ini tengah menghadapi tantangan yang cukup kompleks, salah satunya akibat dampak efisiensi anggaran perjalanan dinas pemerintah. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada tingkat okupansi hotel, tetapi juga menguji ketangguhan pelaku industri dalam beradaptasi dan bertahan di tengah perubahan.

“Situasi ini justru menjadi momentum penting bagi para General Manager hotel di seluruh Indonesia untuk saling berbagi pengetahuan, bertukar pengalaman, serta merumuskan langkah-langkah strategis yang konkret dalam memajukan industri perhotelan nasional,” ujar I Gede Arya.

Ia menegaskan, melalui kongres yang mengusung tema “Transformasi Industri Perhotelan untuk Daya Saing Global: Kolaborasi, Inovasi & Berkelanjutan”, IHGMA berkomitmen untuk mendorong transformasi menyeluruh dalam dunia perhotelan. Hal ini mencakup peningkatan kompetensi sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi digital, penguatan jejaring industri, serta penerapan praktik berkelanjutan yang menjadi tuntutan global.

“Kolaborasi adalah kunci, inovasi adalah jembatan, dan keberlanjutan adalah arah. Inilah saatnya kita bergerak bersama agar industri perhotelan Indonesia tidak hanya pulih, tetapi melesat dengan daya saing yang lebih kuat di kancah global,” pungkasnya.

Penulis : Septianda Perdana

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top